Sabtu, 24 Maret 2012

Laporan PKP

LAPORAN PRAKTIKUM
PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

PENYULUHAN TENTANG PEMBIBITAN
TANAMAN CABAI
DI KELOMPOK TANI NGUDI LARAS DESA KARANGNONGKO KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI









Disusun Oleh:
Kelompok 29
Armita Puspandari (H0710015)
Asri Wirasti (H0710016)
Awanda Isnan P (H0710017)
Bayu Rahmad B (H0710019)


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Pemuluhan dan Komunikasi Pertanian yang telah diketahui dan disahkan oleh Co-Asisten dan Dosen Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian:
Hari :
Tanggal :


Disusun oleh :

Kelompok 29
Armita Puspandari (H0710015)
Asri Wirasti (H0710016)
Awanda Isnan P (H0710017)
Bayu Rahmad B (H0710019)

Mengetahui,













KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga Laporan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini dibuat guna melengkapi tugas mata kuliah Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian dan untuk melihat penerapan teori Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian yang telah dipelajari dengan pelaksanaan di lapangan.
Laporan praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian ini dapat terselesaikan dengan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
a. Dosen pembimbing yang telah memberikan teori yang dapat menunjang pelaksanaan laporan kegiatan ini.
b. Kakak-kakak Co-Assisten yang dengan sabar telah membimbing dan mengarahkan selama praktikum.
c. Kedua orang tua yang telah membantu dalam hal segalanya.
d. Teman-teman yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan ini.
e. Semua pihak yang turut membantu dalam proses penyusunan laporan praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan langkah selanjutnya. Penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi pembaca.


Surakarta, Juni 2011


Penulis


DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan Praktikum 1
B. Tujuan Praktikum 2
C. Manfaat Praktikum 2
II. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Penyuluhan 4
B. Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian 7
C. Alat Bantu dan Alat Peraga Penyuluhan 9
D. Materi Penyuluhan 14
III. PERSIAPAN PENYULUHAN
A. Khayalak Sasaran 19
B. Penggalian Permasalahan dan Perumusan Tujuan 25
C. Penetapan Metode dan Teknik Penyuluhan 27
D. Penetapan Perlengkapan Penyuluhan 29
IV. PELAKSANAAN PENYULUHAN
A. Waktu dan Tempat Penyuluhan 31
B. Faktor-faktor yang Mendukung 31
C. Faktor-faktor yang Menghambat 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 33
B. Saran 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.1.1 Luas daerah wilayah Desa Karangnongko, Kecamatan
Mojosongo, Kabupaten Boyolali tahun 2010 19
Tabel 3.1.1.2 Mata Pencaharian di Desa Karangnongko, Kecamatan
Mojosongo, Kabupaten Boyolali tahun 2010. 20
Tabel 3.1.1.3 Jumlah Hewan Ternak di Desa Karangnongko
Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali tahun 2010. 21
Tabel 3.1.3.4 Jumlah Hasil Pertanian yang Dimiliki di Desa
Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten
Boyolali tahun 2010. 21





















I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Pertanian di Indonesia pada saat ini merupakan prioritas utama dalam menghadapi era perdangangan bebas, yang harus dimanfaatkan menjadi suatu peluang usaha untuk meningkatkan taraf hidup serta pendapatan masyarakat. Pemberdayaan sumberdaya manusia merupakan salah satu bentuk pembangunan. Pada hakikatnya tujuan pembangunan adalah menggerakkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Pemerintah sedang menggalakkan program pengembangan bidang pertanian di segala sektor untuk mengubah pertanian tradisional yang bertumpu kepada pemenuhan kebutuhan keluarga dan tidak mempunyai upaya pengembangan menjadi usaha komersial yang berorientasi agribisnis. Dalam pelaksanaannya pembangunan pertanian menghendaki upaya-upaya untuk meningkatkan dan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di masyarakat khususnya masyarakat tani.
Telah lama dipahami bahwa penyuluhan merupakan proses pendidikan, tetapi dalam sejarah penyuluhan pertanian di Indonesia, terutama selama periode pemerintahan Orde Baru, kegiatan penyuluhan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kekuasaan melalui kegiatan yang berupa pemaksaan, sehingga muncul gurauan: dipaksa, terpaksa, akhirnya terbiasa. Terhadap kenyataan seperti itu, semua insan penyuluhan harus kembali untuk menghayati makna penyuluhan sebagai proses pendidikan. Tentang hal ini, diakui bahwa, penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku melalui pendidikan akan memakan waktu lebih lama, tetapi perubahan perilaku yang terjadi akan berlangsung lebih kekal. Sebaliknya, meskipun perubahan perilaku melalui pemaksaan dapat lebih cepat dan mudah dilakukan, tetapi perubahan perilaku tersebut akan segera hilang, manakala faktor pemaksanya sudah dihentikan. Oleh karena dalam praktikum kali ini, para praktikan diharapkan dapat mengerti penyuluhan yang sebenarnya yang tidak menimbulkan ketergantungan maupun trauma.


B. Tujuan
Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian di Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali ini bertujuan untuk :
1. Mahasiswa mampu menggali permasalahan yang dihadapi sasaran penyuluhan.
2. Mahasiswa mampu merumuskan tujuan penyuluhan.
3. Mahasiswa mampu menetapkan metode, teknik, alat bantu, dan alat peraga penyuluhan yang tepat berdasarkan kondisi sasaran, sumberdaya penyuluh, kondisi goegrafis, dan kebijakan pemerintah (sekaligus penetapan alat bantu dan alat peraga penyuluhan yang tepat).
4. Mahasiswa mampu melakukan penyuluhan berdasarkan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif dengan menerapkan konsep pendidikan orang dewasa.
C. Manfaat
Melalui praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian di Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Bagi Petani
a. Petani mendapat informasi baru tentang pertanian sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya saat ini.
b. Petani dapat meningkatkan penghasilannya sehingga kualits hidup petani pun dapat ikut naik.
c. Petani dapat saling sharing dengan petani lain dan juga penyuluh.
d. Menjalin kerjasama dan kerukunan antar petani.
2. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat melakukan wawancara, menelaah dokumen dan mengumpulkan informasi tentang proses dan substansi Perencanaan Program/ Programa Penyuluhan Pertanian.
b. Mahasiswa dapat melakukan penyuluhan terhadap praktek Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan yang menyangkut system kerja metoda dan perlengkapan penyuluhan yang disiapkan atau digunakan.
c. Mahasiswa dapat meningkatkan kualitas usaha pertanian pada tempat pelaksanaan praktikum sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup petani sesuai dengan tujuan dari penyuluhan pertanian.
d. Mahasiswa dapat membantu tugas pemerintah daerah dalam melakukan peningkatan kualitas hidup masyarakat terkait fungsi pengabdian masyarakat.
3. Bagi Pemerintah:
a. Tugas pemerintah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan petani, dapat terbantu dengan kegiatan penyuluhan ini.
b. Pemerintah dapat mengetahui permasalahan apa yang dihadapi oleh masyarakat terkhusus petani desa tersebut.
c. Pendapatan pemerintah dapat bertambah karena kualitas hidup masyarakat meningkat.













II. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Penyuluhan
Seperti banyak dikemukakan, istilah penyuluhan berawal dari kata “extension” yang untuk pertama kalinya diterapkan dalam kegiatan penyuluhan oleh perguruan tinggi oleh universitas oxford di inggris pada tahun 1840-an. Penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi dari arti kartanya, penyuluhan dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan yang dalam hal ini, merupakan peyebar-luasan informasi tentang iptek yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis. Tetapi, dalam perjalanan sejarah, penyuluhan dapat diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti:
• Penyebar-luasan (informasi)
• Penerangan/penjelasan
• Pendidikan non-formal (luar-sekolah)
• Perubahan perilaku
• Rekayasa sosial
• Pemasaran inovasi (teknis dan sosial)
• Perubahan sosial (perilaku individu, nilai-nilai, hubungan antar individu, kelembagaan, dll)
• Pemberdayaan masyarakat (community empowerment)
• Penguatan komunitas (community strengthening) ( Mardikanto, 2003 ).
Sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak sekadar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan,tetapi yang lebih penting dari itu adalah, untuk menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Di dalam pengertian “menumbuh-kembangkan” tersebut terkandung upaya-upaya untuk:
1. Menyadarkan masyarakat agar mau berpartisipasi secara sukarela, bukan karena paksaan atau ancaman-ancaman
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu ( fisik, mental, intelegensia, ekonomis dan non-ekonomis )
3. Menunjukkan adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi ( Mardikanto, 1987 ).
Pengertian “penyuluhan” telah berkembang dari tidak sekedar “penyebarluasan informasi/ inovasi” melainkan telah berkembang sebagai proses perubahan sosial, ekonomi politik. Karena itu, pengertian “penyuluhan pertanian” akan lebih tepat jika diartikan sebagai: proses sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua stakeholders agribisnis melalui proses belajar bersama yang partisipatip, agar terjadi perubahan perilaku pada diri setiap individu dan masyarakatnya untuk mengelola kegiatan agribisnisnya yang semakin produktif dan efisien, demi terwujudnya kehidupan yang mandiri dan semakin sejahtera secara berkelanjutan ( Saragih, 1990 ).
Tujuan penyuluhan pertanian diarahkan pada terwujudnya perbaikan teknis bertani ( better farming ), perbaikan usahatani ( better business ), dan perbaikan kehidupan petani dan masyarakatnya ( better living ). Dari pengalaman pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan di Indonesia selama tiga dasawarsa terakhir, menunjukkan bahwa untuk mencapai ketiga bentuk perbaikan yang disebutkan di atas masih memerlukan perbaikan-perbaikan lain yang menyangkut:
1. Perbaikan kelembaggan pertanian ( better organization ) demi terjalinnya kerjasama dan kemitraan antar stakeholders
2. Perbaikan kehidupan masyarakat ( better community ), yang tercermin dalam perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan politik yang sangat diperlukan bagi terlaksananya pembangunan pertanian yang merupakan sub-sisten pembangunan masyarakat
3. Perbaikan usaha dan lingkungan hidup ( better enviroment ) demi kelangsungan usahataninya ( Deptan, 2008 ).
Kedudukan penyuluhan dalam pertanian yaitu sebagai jembatan atau perantara antara teori dan praktek pengalaman dan kebutuhan, penguasa dan masyarakat, produsen dan pelanggan, sumber informasi dan penggunanya, antar sesama stakeholders agribisnis, antara masyrakat dalam dan pihak luar yang dapat melancarkan pembangunan pertanian (Murti, 1993).
Penyuluhan memiliki peran dalam keghidupan masgyarakat. Peran tersebut adalah:
1. Edukasi, yaitu untuk memfasilitasi proses belajar yang dilakukan oleh para penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) dan atau stakeholders pembangunan yang lain-nya. Seperti telah dikemukakan, meskipun edukasi berarti pendidikan, tetapi proses pendidikan tidak boleh meng-gurui apalagi memaksakan kehendak (indoktrinasi, agitasi), melainkan harus benar-benar berlangsung sebagai proses belajar bersama yang partisipatip dan dialogis.
2. Diseminasi Informasi/Inovasi, yaitu penyebarluasan informasi/inovasi dari sumber informasi dan atau penggunanya. Tentang hal ini, seringkali kegiatan penyuluhan hanya terpaku untuk lebih mengutamakan penyebaran informasi/inovasui dari pihak-luar. Tetapi, dalam proses pembangunan, informasi dari “dalam” seringkali justru lebih penting, terutama yang terkait dengan kebutuhan kebutuhan masyarakat, pengambilan keputusan kebijakan dan atau pemecahan masalah yang segera memerlukan pena-nganan.
3. Fasilitasi, atau pendampingan, yang lebih bersifat melayani kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh kliennya. Fungsi fasilitasi tidak harus selalu dapat mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan atau memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan klien, tetapi seringkali justru hanya sebagai penengah/mediator.
4. Konsultasi, yang tidak jauh berbeda dengan fasilitasi, yaitu membantu memecahkan masalah atau sekadar memberikan alternatip-alternatip pemecahan masalah. Dalam melaksanakan peran konsultasi, penting untuk memberikan rujukan kepada pihak lain yang “lebih mampu” dan atau lebih kompeten untuk menanganinya. Dalam melaksanakan fungsi konsultasi, penyuluh tidak boleh hanya “menunggu” tetapi harus aktif mendatangi kliennya.
5. Supervisi, atau pembinaan. Dalam praktek, supervisi seringkali disalah-artikan sebagai kegiatan “pengawasan” atau “pemeriksaan”. Tetapi sebenarnya adalah, lebih banyak pada upaya untuk bersama-sama klien melakukan penilaian (self assesment), untuk kemudian memberikan saran alternatip perbaikan atau pemecahan masalah yang dihadapi.
6. Pemantauan, yaitu kegiatan evaluasi yang dilakukan selama proses kegiatan sedang berlangsung. Karena itu, pemantauan tidak jauh berbeda dengan supervisi. Bedanya adalah, kegiatan pemantauan lebih menonjolkan peran penilaian, sedang supervisi lebih menonjolkan peran “upaya perbaikan”.
7. Evaluasi, yaitu kegiatan pengukuran dan penilaian yang dapat dilakukan pada sebelum (formatif), selama (on going, pemantauan) dan setelah kegiatan selesai dilakukan (sumatif, expost). Meskipun demikian, evaluasi seringkali hanya dilakukan setelah kegiatan selesai, untuk melihat proses dan hasil kegiatan, hasil (output) dan dampak (outcome) kegiatan, yang menyangkut kinerja (performance) baik teknis maupun finansialnya (Warsito, 2001).
B. Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau sarana penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan dilaksanakan. Folder merupakan barang cetakan yang dibagi-bagikan kepada sasaran penyuluhan. Poster merupakan barang cetakan dengan ukuran relatif besar untuk ditempel di tembok, pohon atau direntangkan di pinggir atau tengah jalan (Wijianto, 2005).
Alat bantu penyuluhan dapat membantu dalam proses penyuluhan karena dengan adanya alat bantu akan memperlancar proses penyuluhan. Dalam penyuluhan pertanian terdapat dua macam alat bantu penyuluhan yaitu alat bantu yang berhubungan dengan tempat (kursi, tikar, penerangan dan lain-lain) serta alat bantu yang berhubungan dengan penyajian pelajaran seperti visual, audio, audiovisual dan lain-lain (Kartasapoetra, 1991).
Alat Peraga Penyuluhan adalah sebagai alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indra manusia, yang berfungsi sebagai alat untuk memperagakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membentuk proses belajar mengajar sasaran penyuluhan, agar materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran penyuluhan yang bersangkutan, contohnya seperti folder dan poster (Warsono, 1997).
Pertimbangan sarana dan biaya didasarkan atas bagaimana ketersediaanya sarana yang akan digunakan sebagai alat bantu dan alat peraga penyuluhan pertanian. Sebagai contoh, disuatu daerah yang tidak ada listrik, tentunya sulit melakukan penyuluhan dengan menggunakan OHP (Over Head Projector) atau menggunakan LCD/Komputer dan pemutaran film kecuali jika disediakan generator listrik. Biaya diperlukan untuk mendanai kegiatan, misalnya dari segi efisiensinya kursus tani lebih mahal daripada pertemuan umum, namun lebih murah daripada melakukan kunjungan rumah atau usaha tani. Jadi ketersediaan biaya akan sangat menentukan alternatif kombinasi pemilihan metoda penyuluhan pertanian (Anonim, 2010).
Penyuluhan merupakan pendidikan non formal dimana sistem pendidikannya terprogram di luar sekolah sehingga penyuluhan memerlukan perencanaan yang jelas mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan. Terkait dengan itu, pelaksanaan kegiatan penyuluhan selain menentukan topik atau materi penyuluhan yang akan diajarkan juga harus memetapkan alat peraga penyuluhan yang sesuai dengan sasarannya serta persiapan tentang sarana penyuluhan. Dalam hal ini adalah alat peraga penyuluhan dan pemilihan alat peraga tersebut guna membantu kelancaran kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakan. Persiapan sarana penyuluhan terutama alat peraga sangat membantu sasaran dalam menerima materi yang diajarkan oleh penyuluh. Oleh sebab itu, alat peraga sangat perlu di dalam penyuluhan. Pemilihan alat peraga ini harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat sasarannya serta alat peraga ini juga akan mempengaruhi proses belajar dalam penyuluhan tersebut (Rohman, 2008).
C. Alat Bantu dan Alat Peraga Penyuluhan
Alat bantu penyuluhan dapat membantu dalam proses penyuluhan karena dengan adanya alat bantu akan memperlancar proses penyuluhan. Dalam penyuluhan pertanian terdapat dua macam alat bantu penyuluhan yaitu alat bantu yang berhubungan dengan tempat (kursi, tikar, penerangan dan lain-lain) serta alat bantu yang berhubungan dengan penyajian pelajaran seperti visual, audio, audiovisual dan lain-lain (Kartasapoetra, 2000).
Alat Peraga Penyuluhan adalah sebagai alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indra manusia, yang berfungsi sebagai alat untuk memperagakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membentuk proses belajar mengajar sasaran penyuluhan, agar materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran penyuluhan yang bersangkutan, contohnya seperti folder dan poster (Warsono, 1997).
Pertimbangan sarana dan biaya didasarkan atas bagaimana ketersediaanya sarana yang akan digunakan sebagai alat bantu dan alat peraga penyuluhan pertanian. Sebagai contoh, disuatu daerah yang tidak ada listrik, tentunya sulit melakukan penyuluhan dengan menggunakan OHP (Over Head Projector) atau menggunakan LCD/Komputer dan pemutaran film kecuali jika disediakan generator listrik. Biaya diperlukan untuk mendanai kegiatan, misalnya dari segi efisiensinya kursus tani lebih mahal daripada pertemuan umum, namun lebih murah daripada melakukan kunjungan rumah atau usaha tani. Jadi ketersediaan biaya akan sangat menentukan alternatif kombinasi pemilihan metoda penyuluhan pertanian (Sumardi, 2005).
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau sarana penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan dilaksanakan. Folder merupakan barang cetakan yang dibagi-bagikan kepada sasaran penyuluhan. Poster merupakan barang cetakan dengan ukuran relatif besar untuk ditempel di tembok, pohon atau direntangkan di pinggir atau tengah jalan (Wijianto, 2005).
Alat bantu penyuluhan merupakan alat-alat atau perlengkapan yang diperlukan penyuluh guna memperlancar kegiatan penyuluhan:
a) Ragam alat bantu penyuluhan
1. Kurikulum
Tujuan yang ingin dicapai baik tujuan umum maupun tujuan khususyang berupa perubahan perilaku yang diinginkan dalam diri penerima manfaat didik. Kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pendidik adalah metode pengajar yang akan diterapkan oleh penerima manfaat didiknya. Daftar pelajaran yang disampaikan termasuk pokok-pokok bahasan baik menurut isi maupun prosesnya. Rencana evaluasi yang akan dilaksanakan mengenai waktu pelaksanaan dan aspek perilaku yang akan dievaluasi (perubahan), sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Karena itu, kurikulum merupakan suatu paket yang berisi rencana belajar secara lengkap.
1. Lembar persiapan penyuluhan
Lembar persiapan penyuluhan berisikan pokok-pokok kegiatan yang harus dikerjakan selama kegiatan penyuluhan berlangsung. Penyuluh harus mempersiapkan beragam lembar persiapan penyuluhan yang berupa:
a. Lembar persiapan penyuluh yang berisikan urutan kronologis tentang pokok-pokok bahasan yang ingin disampaikan serta metode penyuluhan yang ingin diterapkan selama penyuluhan dilaksanakan.
b. Lembar persiapan latihan yaitu serupa LPM yang dikhususkan untuk kegiatan penyuluhan yang menyangkut aspek pengetahuan dan ketrampilan.
c. Lembar persiapan kerja serupa LPM yang disiapkan manakala di dalam penyuluhan nanti akan dilaksanakan latihan menggunakan peralatan atau latihan ketrampilan
d. Papan tulis – papan tempel
Setiap kegiatan penyuluhan jika dilakukan di dalam ruangan penyuluh memerlukan papan tulis atau papan tempel untuk menjelaskan materi yang disuluhkan. Sedang jika penyuluhan dilakukan di lapangan diperlukan papan tempel dengan ukuran yang relative kecil dan mudah dilipat. Papan penempel yang sering digunakan di lapangan adalah papan yang dilapisi dengan kain panel atau hanya berupa kain panel saja yang mudah dilipat.
2. Alat tulis
Seperti halnya dengan papan tulis setiap penyuluh sangat memerlukan alat tulis baik untuk menulis maupun menggambar untuk mempermudah di dalam menerangkan materi penyuluhan kepada penerima manfaatnya.
3. Proyektor (overhead, slide, lcd-infocus)
Untuk kegiatan penyuluhan di dalam ruangan masih memelukan alat bantu penyuluhan yang berupa proyektor, yaitu:
a. Overhead Projector untuk memproyeksikan tulisan dan atau gambar yang di tulis pada bahan tembus cahaya, plastic atau transparansi set.
b. Direct Projector semacam OHP tetapi untuk memproyeksikan tulisan atau gambar yang tercetak pada kertas biasa.
c. Solid Projector semacam OHP tetap untuk memproyeksikan benda-benda yang tembus cahaya.
d. Movie Projector untuk memproyeksikan film dan film strip.
e. Slide Projector untuk memproyeksikan gambar atau tulisan yang direkam dan slide film.
f. LCD Projector yang dihubungkan dengan PC computer atau Notebook untuk memproyeksikan tulisan dan atau gambar.


2. Perlengkapan ruangan (pengeras suara, pengatur cahaya, pengatur udara)
Untuk melaksanakan penyuluhan di dalam ruangan setiap penyuluh memerlukan beragam alat bantu menyuluh baik untuk membantu memperjelas kegiatan penyuluhan maupun untuk memberikan suasana yang nyaman bagi penerima manfaatnya. Beragam alat bantu dalam ruangan itu adalah:
a. Pengeras suara terutama jika penerima manfaat cukup banyak. Jumlah mikrofon hendaknya disiapkan lebih dari satu, agar pada saat penerima manfaat memberikan tanggpannya dapat pula menggunakan pengeras suara tersebut.
b. Penata cahaya, termasuk lampu untuk menerangi ruangan dan kain gordin berwarna hitam untuk menggelapkan ruangan jika digunakan proyektor.
c. Penata udara, berupa kipas angin atau ac terutama jika ruangan yang digunakan relative sempit dengan ventilasi yang terbatas.
Alat peraga penyuluhan merupakan Alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia, yang berfungsi sebagai alat untuk memperagakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar, agar materi lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran.
b) Ragam alat peraga penyuluhan
1. Benda (sampel, model, specimen)
Tentang benda yang dapat digunakan sebagai alat peraga ini ada beberapa macam yaitu:
a. Sampel atau contoh yaitu benda atau barang asli yang dapat dibawa penyuluh untuk dijelaskan kepada penerima manfaat penyuluhannya.
b. Model yaitu biasa digunakan aebagai alat peraga jika benda asli sulit didapat, volumenya terlalu besar untuk dibawa lokasi, terlalu kecil untuk mudah diamati oleh penerima manfaatnya.
c. Specimen atau benda asli yag telah diawetkan karena benda asli sulit didapat.
Dari ketiga macam benda tersebut, benda sasli merupakan alat peraga yang baik karena baik model maupun specimen seringkali tepat seperti aslinya.
2. Barang cetakan (brosur, leaflet, poster, photo, folder, dll.)
Dalam praktek penyuluh dapat menggunakan beragam barang cetakan diantaranya:
a. Pamflet atau selebaran yaitu barang cetakan yang berupa selebar kertas bergambar dan atau bertuliskan yang dibagikan langsung kepada penerima manfaat. Alat peraga seperti biasanya dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran dan minat penerima manfaatnya.
b. Leaflet dan folder, keduanya merupakan barang-barang cetakan yang juga dibagi-bagikan kepada penerima penyluhan. Leaflet merupakan selembar kertas yang dilipat menjadi dua (empat halaman) sedangkan folder dilipat menjadi tiga (enam halaman). Leaflet dan folder terutama ditujukan untuk mempengaruhi pengetahuan, dan ketrampilan pada tahapan minat, menilai dan mencoba.
c. Brosur dan booklet, merupakan barang cetakan yang merupakan barang cetakan yang berisikan gambar dan tulisan lebih dominan yang berbentuk buku kecil setebal sepuluh sampai dua puluh lima halaman. Booklet juga dimaksudkan untuk mempengaruhi pengetahuan dan ketrampilan penerima manfaat tetapi pada tahapan menilai, mencoba dan menerapkan.
d. Placard dan poster , keduanya merupsksn barang cetakan dengan ukuran yang relative besar untuk ditempel di tembok, di pohon, atau direntangkan di pinggir atau di tengah jalan. Berbeda dengan placard, yang lebih berisikan tulisan sedangkan poster lebih banyak berisi gambar. Keduanya dimaksudkan untuk mempengaruhi perasaan atau sikap dan pengalaman penerima manfaat pada tahapan sadar dan minat.
e. Flipchart atau peta singkap adalah sekumpulan poster selebar kertas Koran yang digabungkan menjadi satu. Masing-masing berisikan pesan terpisah yang jika digabungkan akam merupakan satu kesatuan yang ingin disampaikan secara utuh. Flipchart dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Alat peraga ini lebih efektif dan efisien untuk disediakan bagi penerima manfaat pada tahapan sadar, minat, dan mencoba.
f. Foto merupakan salah satu alat peraga yang dimaksudkan untuk mengenalkan inovasi yang ditawarkan. Biasanya dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan pengetahuan penerima manfaat pada tahapan sadar, minat dan menilai.
g. Flanelgraph merupakan alat peraga berbentuk potongan gambar atau tulisan yang ditempelkan pada papan magnet atau kain flannel. Biasanya untuk mempengaruhi pengetahuan dan ketrampilan penerima manfaat pada tahapan minat, menilai, mencoba dan menerapkan.
Kecuali flipchart dan flanelgraph, semua barang cetakan yang lain merupakan alat peraga yang disampaikan dengan pendekatan tak langsung. Gambar diproyeksikan (transparancy-sheet, slide-film, movie-film, dll.) ( Rohman, 2008 ).
D. Materi Penyuluhan
Cabai merupakan salah satu komoditas pangan (sayuran) yang keberdaannya tidak dapat ditinggakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan cabai akhir-akhir ini meningkat, yaitu sekitar 4 kg/kapita/tahun. Dengan jumlah penduduk sekitar 231 juta, maka setiap tahun dibutuhkan kurang lebih 924.000 ton cabai. Karena itu tidaklah mengherankan kalau cabai menjadi komoditas sayuran unggulan yang bernilai ekonomis tinggi. Menggingat permintaan cabai senantiasa tak terpenuhi serta harganya relative tinggi dan stabil, banyak orang tertarik untuk membudidayakan tanaman ini (Warisno dan Dahana, 2010)
Saat ini cabe menjadi salah satu komoditas sayuran yg banyak dibutuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabe, semakin bertambah seiring dgn meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara. Sehingga budidaya sayur ini menjadi peluang usaha yg masih sangat menjanjikan, bukan hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor.
Tanaman yg berasal dari daerah tropis di benuaAmerika ini, sekarang banyak dibudidayakan di Indonesia. peluang usaha cabe yg cukup menguntungkan, menarik minat para petani di daerah dataran tinggi, dataran rendah, hingga daerah pesisir pantai untuk membudidayakan sayuran ini. B Jenis cabe juga cukup bervariasi, beberapa jenis dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di Indonesia sendiri jenis cabe yg banyak dibudidayakan antara lain cabe keriting, cabe besar, cabe rawit, dan cabe paprika. Sebab menyesuaikan permintaan konsumen, yg banyak menggunakan jenis cabe tersebut sebagai penyedap masakan.
Selain dijadikan sebagai bahan penyedap makanan, cabe juga bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk olahan seperti saos cabe, sambel cabe, pasta cabe, bubuk cabe, cabe kering, dan bumbu instant. Bahkan produk-produk tersebut sudah berhasil di ekspor ke Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Brunei Darussalam dan India (Wira, 2011).
Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan makanan pokok" kesepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa cabai (Anonim, 2011)
Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta membutuhkan sinar matahari penuh dan tidak ternaungi, pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7. Tanaman cabe juga sangat bagus jika intensitas pengairannya cukup, tetapi apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri (Dira, 2011).
Untuk benih misalnya, pilih varietas yang cocok dengan lokasi setempat. Para pekebun di Pantai Utara, Jawa Tengah sebagai contoh bisa menggunakan varietas tanjung. Varietas ini selain cocok tumbuh di dataran rendah juga tahan terhadap penyakit virus kuning. Sementara di dataran tinggi, pilih cabai hibrida bersertifikat yang terjamin kualitasnya, sebagai contoh lembang-1.
Ketika benih disemai gunakan media campuran 1 bagian pupuk kandang matang dan 1 bagian tanah subsoil yang diambil dari tanah sedalam 20 cm. Sebelum biji disebar, tanah disiram air hingga rata terlebih dulu. Untuk menghindari penyakit yang terbawa dalam benih, rendam dalam air panas bersuhu 500C hingga air dingin. Bisa pula merendam dalam fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida dosis 1 ml/1 liter air. Setelah direndam selama 1 jam, lalu benih ditiriskan.
Lahan persemaian sebaiknya diberi naungan plastik tembus cahaya atau naungan atap permanen dengan ketinggian 1,5 m agar sinar matahari bisa menerobos masuk. Untuk menghindari infeksi virus pada bibit di persemaian, tutup persemaian dengan kasa agar serangga vektor tidak bisa masuk. Kasa berkerapatan 50 mesh dapat menahan kutu daun dan kutu kebul.
Lalu sebelum dipindahtanamkan, olah tanah dengan cara dicangkul sedalam 30—35 cm dan dibalik 2—3 kali. Setiap pembalikan tanah biarkan selama 1 minggu. Tujuannya agar mikroba patogen tanah terbunuh oleh sinar matahari. Serasah dari pertanaman sebelumnya harus dikumpulkan dan dimusnahkan dengan jalan dibakar karena menjadi sarang ulat tanah. Pemberian nematisida berbahan aktif karbofuran dosis 1—3 kg/ha mutlak jika ditemukan akar gulma membengkak akibat serangan nematoda atau ditemukan 300 ekor nematoda puru akar dalam 1 kg tanah. Nematisida diberikan berbarengan dengan aplikasi pupuk kandang.
Agar cabai tahan terhadap serangan virus gemini, bibit di persemaian disemprot ekstrak bunga pukul empat Mirabilis jalapa berkadar 25%. Lakukan 5 hari sebelum bibit dipindah ke lahan. Untuk virus mosaik dapat diinduksi vaksin carna-5 10% dengan jalan dioleskan pada daun saat umur 14 hari sebelum tanam. Tujuan induksi merangsang cabai untuk membentuk ketahanan sistemik terhadap virus.
Setelah cabai ditanam di lahan, gangguan hama dan penyakit tetap mengancam, contohnya hama pengisap daun. Untuk mengatasinya gunakan perangkap berupa kertas kuning—berukuran 20 cm x 30 cm—dibungkus kantung plastik bening. Bagian terbuka menghadap ke bawah. Olesi bagian luar kantung plastik dengan minyak atau oli bekas agar hama pengisap daun menempel. Perangkap ini diganti setiap 10—14 hari.
Sementara untuk menahan atau mengurangi serangan organisme peng-ganggu tanaman (OPT) dari luar kebun bisa dimanfaatkan tanaman jagung. Tanam jagung di sekeliling kebun 3—4 minggu sebelum bibit cabai dipindahtanamkan. Jagung ditanam 6 baris dengan jarak rapat 30 cm x 15 cm. Masukkan benih jagung 1 butir per lubang tanam. Jika jarak tanam 30 cm x 20 cm, setiap lubang diisi 2 butir benih jagung. Alangkah baiknya pilih jagung manis yang bernilai ekonomi tinggi supaya bisa menambah pendapatan.
Selain jagung, tanaman sela lain yang bisa dimanfaatkan mengurangi serangan OPT adalah tomat dan kubis. Kedua tanam-an itu bisa ditanam di antara cabai atau di pinggir bedengan. Tomat ditanam 2 minggu setelah cabai, kubis sebulan pascatanam cabai (Trubus, 2011).





III. PERSIAPAN PENYULUHAN
A. Khalayak Sasaran
Desa yang dipilih untuk melakukan penyuluahan ialah Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali.
1. Keadaan Desa Secara Umum (monografi)
Lokasi yang kami pilih untuk melaksanakan praktikum Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian adalah Desa Karangnongko Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. Desa Karangnongko dibagi menjadi 2 wilayah Dusun yang memiliki 4 RW dan 25 RT.
a. Luas Daerah Wilayah
Tabel 3.1.1.1 Luas daerah wilayah Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali tahun 2010.
No Jenis tanah Luas wilayah (ha)
1. Tanah sawah (irigasi tehnis) -
2. Tanah kering (pekarangan & bangunan) 72,6175
3. Lain-lain (sungai, jalan dll) 209,4985
∑ 291,5560







Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan dari data tabel 3.1.1.1 Luas daerah wilayah Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali tahun 2010 diatas desa Karangnongko dapat diketahui bahwa di Desa tersebut mempunyai luas wilayah total 291,5560 ha yang terdiri dari tanah sawah (irigasi teknis) seluas 0 ha, tanah kering (pekarangan dan bangunan) seluas 72,6175 ha dan lain-lain lagi yang meliputi : sungai, jalan, kuburan dan lain-lain seluas 209,4985 ha. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah desa Karangnongko adalah tanah yang digunakan untuk keperluan lain-lain selain sawah dan tanah kering.


b. Mata Pencaharian di Desa Karangnongko
Tabel 3.1.1.2 Mata Pencaharian di Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali tahun 2010.
No. Mata Pencaharian Jumlah
1. Petani 488
2. Buruh tani -
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. Pengusaha
Buruh industri
Buruh bangunan
Pedagang
Pengangkutan
Jasa
Lainnya -
21
-
483
26
137
824
∑ 1979
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan dari data tabel 3.1.1.2 Mata Pencaharian di Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali tahun 2010 di atas dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Karangnongko sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian yaitu sebagai petani sebanyak 488 orang dan pedagang sebanyak 483 orang. Sedangkan mayoritas atau kebanyakan mata pencaharian yang lain dibidang jasa sebanyak 137 orang dan pengangkutan sebanyak 26 orang. Sebagian ada yang bekerja sebagai buruh industri sebanyak 21 orang dan lainnya 824 orang. Demikian dapat diketahui bahwa hampir penduduk desa Karangnongko pada usia produktif (15-49 tahun) telah bekerja seluruhnya karena jumlah penduduk usia produktif sebanyak 1979 orang.

c. Jumlah Hewan Ternak
Banyak hewan ternak yang ada di desa Karagnongko dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.1.1.3 Jumlah Hewan Ternak di Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali tahun 2010.
No. Jenis Ternak Jumlah
1. Sapi Perah 1.612
2. Sapi Biasa 669
3.
4.
5. Kambing/Domba
Ayam Kampung
Itik 656
1.217
-
∑ 4.154
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan dari data tabel 3.1.1.3 Jumlah Hewan Ternak di Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali tahun 2010 di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan ternak yang di pelihara yaitu sapi perah sebanyak 1.612 ekor. Unggas yang lain yaitu sapi sebanyak 669 ekor dan domba sebanyak 656 ekor.
d. Jumlah Hasil Pertanian
Jumlah Hasil Pertanian yang di miliki oleh masyarakat di desa Karangnongko dapat dilihat di tabel di bawah ini.
Tabel 3.1.1.4 Jumlah Hasil Pertanian yang Dimiliki di Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali tahun 2010.
No. Jenis Hasil Pertanian Luas Lahan (Ha/Batang)
1 Padi -
2 Melon -
3 Kapok randu 1,0
4 Jati -
5 Empon-empon -
6 Kelapa 19,00
∑ 20,00
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan data tabel Tabel 3.1.1.4 Jumlah Hasil Pertanian yang Dimiliki di Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali tahun 2010 diatas dapat diketahui bahwa jumlah hasil pertanian didesa Karangnongko adalah kapok randu 1 Ha/batang dan kelapa sebanyak 19 Ha/batang. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil utama desa Karangnongko adalah kelapa.
2. Kelompok Tani
a. Profil Kelompok Tani
Kelompok tani Karangnongko IV di Desa Karangnongko, kecamatan Mojosongo, kabupaten Boyolali adalah salah satu dari 7 kelompok tani yang ada yaitu karya tani, Ngudi Mulyo, Tani Mulyo, dan Karangnongko IV yang perlu dibina agar lebih aktif dari pada saat ini. Adapun kelompok tani beranggotakan 45 kepala keluarga (KK) dari 52 KK di wilayah kelompok tani Sumber Rejeki.
b. Struktur Organisasi Kelompok Tani
Keberadaan kelompok tani Karangnongko IV, Dukuh, Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, pada bulan Agustus 2005 melakukan reorganisasi. Adapun kepengurusannya adalah sebagai berikut :
Ketua : Prapto Wijono
Wakil : Harto Wijono
Sekretaris : Amir Sudarsono
Bendahara : Mardianto
Sie lain : ( pengurus terpilih diberi amanat memilih )
Jumlah anggota ada 45 KK dari 52 KK dan 301 jiwa yang ada di wilayah kelompok.
c. Sejarah Pembentukan
Petani merupakan subjek dalam kegiatan pertanian dalam hal ini petani merupakan penentu kebijaksanaan dalm mengelola usaha tani yang melibatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Keefektifkan serta keaktifan dalam mengelola usaha tani merupakan faktor penentu keberhasilan produksi pertanian. Untuk meningkatkan keefektifan dan keaktifan dibutukkan kelompok tani untuk mewadahi petani dalam proses peningkatannya.
Kelompok tani yang digunakan sebagai tempat tujuan penyuluhan adalah kelompok tani Karangnongko IV. Kelompok tani ini berdiri pada tanggal 1 Oktober 1985. Kelompok tani ini didirikan berdasarkan kesadaran warga desa sendiri. Pendirian kelompok tani ini dipelopori oleh Bapak Suparman, seorang petani padi yang dapat dikatakan cukup sukses. Tujuan dari pendirian kelompok tani ini adalah sebagai wadah bagi pera petani untuk menyalurkan aspirasinya kepada pemerintah. Selain itu kelompok tani ini bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada petani dengan memberikan kegiatan seperti penyuluhan atau sekolah lapang sehingga petani dapat ditingkatkan kesejahteraannya.
d. Kegiatan Kelompok Tani
Kegiatan kelompok tani Karangnongko IV memiliki semboyan yakni perlahan tetapi pasti. Kelompok tani secara aktif , inovatif berusaha mencari informasi teknologi pertanian baru. Hal ini dimaklumi di samping tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi cukup, dan pengaruh informasi sangat cepat, melalui media elektronik sehingga penyuluh kadang agak tertinggal daripada petani jika tidak aktif mengikuti perkembangan teknologi baru. Kegiatan yang dilakukan kelompok diantaranya :
1). Pertemuan kelompok tani dilaksanakan awal musim dan selapanan bila perlu. Pertemuan sering dilaksanakan pada malam hari bersamaan pertemuan RT.
2). Di awal musim dilakukan sekaligus membicarakan kerjasama pengadaan bahan benih padi dengan PP kerja. Hal ini dilakukan sejak tahun 1997 sampai sekarang. Sebagai pelaksanaan di lapangan para pengurus kelompok tani. Adapun pengelolaanya di gudang harum tani.
3). SL-PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu)
Ciri khas SL-PTT adalah system tanam legow, dari hasil kajian dapat meningkatkan produktivitas 19,3 – 24,5 %. Untuk itu kelompok Karangwuni IV sepakat MT III / Mk 2009 akan menerapkan SL-PTT.
4). Tanaman Padi Hibrida
Petani juga ingin mencoba tanaman padi hibrida, dalam luasan sempit. Dari informasi yang berkembang pemasaran hasil belum baik sehingga petani takut harga persatuan luas rendah.
5). Pupuk Organik
Dari keinginan petani tentang pemanfaatan pupuk organik kurang, karena harga semi organik dan harga pembelian padi hibrida masih relatif di bawahnya sedang syarat untuk semi organik jauh lebih rumit. Untuk itu sosialisasi tentang pemanfaatan pupuk organik terus dilakukan, untuk memeperbaiki tanah.
6). Pemantauan penerapan 10 paket teknologi
Kelompok mencoba melakukan pembelian pupuk secara tunai kepada PT. PUSRI maupun Petrokimia. Penyusunan RDKK sudah berjalan, karena panen raya diperkirakan awal Februari sehingga waktu 1 bulan sebelum tanam pengajuan pembelian pupuk tunai bisa tepat dan pupuk tidak mengalami keterlambatan. Kegiatan ini merupakan bentuk pengawasan dari petani atas program 10 paket teknologi. Program ini bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian daerah dengan penerapan teknologi terkini. Program ini berasal dari pemerintah oleh dan untuk masyarakat.
7). Pemantauan pemupukan dengan dasar bagian warna daun (BWD)
Hal ini dilakukan agar penggunaan pupuk konvensional bagi petani khususnya pupuk “N” bias di antisipasi. Hal ini kaitannya dengan pengendalian hama terpadu (menjaga tanaman tidak sekulen) mudah terserang hama penggerek batang padi.
8). Pengaturan Varietas
Kerjasama pengadaan bahan benih ke tempat pelaksanaan lapangan yang di tunjuk PP kerja wilayah Bentak sudah ditentukan. Dari PP. Kerja Varietas Way Opo Buru, IR 64, ataupun Ciherang.
9). Kajian Penggunaan Pupuk Organik plus cap “ Beringin “ maupun pupuk alternative yang lain.
10). Kajian pengendalian hama penggerek batang padi dengan agen hayati Trichogramma sp. PHT ini dilakukan agar petani dapat mengendalikan hama dengan ramah lingkunagn, memperhatikan lingkungan ekosistem.
11). Pembuatan Pupuk Organik dan Pestisida Botanik
Pembuatan pupuk organik Fine Compost dari kotoran hewan dengan bahan aktif Stardek. Walaupun produksinya relatif kecil, kurang lebih 2 ton cukup memberikan kontribusi memotivasi petani untuk lebih meningkatkan hasil produksinya.
B. Penggalian Permasalahan dan Perumusan Tujuan
A. Penggalian permasalahan
Sebelum dilakukan penyuluhan, perlu diketahui terlebih dahulu permasalahan apa yang ada di tempat tujuan. Penggalian permasalahan disusun untuk memberikan arah, pedoman, dan alat pengendali pencapaian tujuan penyelenggara penyuluhan. Dengan demikian penyuluhan dapat berjalan dengan tepat guna dan tepat sasaran.
Setelah permasalahan diketemukan maka dapat dibuat program penyuluhan pertanian. Program penyuluhan pertanian merupakan rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. Setelah program terumuskan maka dapat dilakukan perencanaan dalam melakukan penyuluhan. Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang berdasarkan fakta, mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan yang diharapkan atau yang dikehendaki.
Pada langkah penggalian permasalahan di tempat tujuan praktikum yaitu desa Karangnongko didapatkan permasalahan ada di desa tersebut. Permasalahan tersebut adalah masyarakat didesa Karangnongko kurang mengetahui bagaimana cara pembibitan tanaman cabai yang baik dan benar. Oleh karena itu, diambillah tema “Pembibitan Tanaman Cabai” agar masyarakat lebih mengetahui tentang hal tersebut.
B. Perumusan Tujuan
Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada maka kami mengambil langkah usaha yaitu dengan mengadakan penyuluhan yang berjudul ”Penyuluhan Tentang Teknik Pembibitan Tanaman Cabai”. Yaitu sebuah penyuluhan yang menginformasikan kepada petani tentang cara pembibitan tanaman cabai yang baik. Adapun tujuan penyuluhan yang dapat kami sampaikan di Desa Karangnongko, kecamatan Mojosongo, kabupaten Boyolali dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Membantu para penyuluh tetap di desa Karangnongko untuk mengurangi adanya kesenjangan harga yang diakibatkan oleh para pedagang dan kesenjangan sosial di antara para petani itu sendiri.
b. Membantu para penyuluh tetap untuk menciptakan teknik pembibitan cabai yang baik dan benar.
c. Membantu para penyuluh tetap untuk meningkatkan produktivitas lahan pertaniannya sehingga terciptanya peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya.
d. Memberi pengarahan pada para petani untuk selalu aktif dalam mencari informasi tentang perkembangan pertanian terhadap inovasi-inovasi yang muncul.



C. Metode dan Teknik Penyuluhan
1. Metode penyuluhan
Metode Penyuluhan Pertanian, dapat diartikan sebagai cara-cara penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluarganya. Dalam melakukan komunikasi pertanian kepada masyarakat telah dikenal dua metode pendekatan, yaitu: (1) pendekatan berdasarkan kelompok sasaran dari inovasi, dan (2) pendekatan berbasarkan cara penyampaian isi pesan yang terkandung dalam inovasi tersebut.
Tabel 3.3.1.1 Metode Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Boyolali Tahun 2010
No. Metode Teknik Pelaksanaan
1. Pendekatan kelompok Melalui kelompok tani
2. Pendekatan massa Melalui kelompok besar, kurang efektif
3. Pendekatan gabungan Dengan mengadakan ceramah, diskusi, tanya jawab, dan demonstrasi
4. Pendekatan individu Dengan mengadakan latihan dan kunjungan
Sumber : Data Sekunder
Tabel 3.3.1.1 menunjukkan bahwa metode penyuluhan pertanian di kabupaten Boyolali tahun 2010 terdiri atas beberapa metode pendekatan, yaitu pendekatan kelompok yang teknik pelaksanaannya melalui kelompok tani, pendekatan massa melalui kelompok besar, tetapi metode ini kurang efektif jika dibandingkan pendekatan kelompok; pendekatan gabungan dengan mengadakan ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, dan pendekatan individu dengan mengadakan latihan dan kunjungan.
Tabel 3.3.1.2. Metode Penyuluhan Pertanian di Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Tahun 2010
No. Metode Teknik Pelaksanaan
1. Pendekatan kelompok Melalui kelompok tani
2. Pendekatan individu Dengan mengadakan latihan dan kunjungan
Sumber : Data Sekunder
Tabel 3.3.1.2 menunjukkan bahwa metode penyuluhan pertanian di Desa Karangnongko terdapat metode pendekatan kelompok yang teknik pelaksanaanya melalui kelompok tani dan metode pendekatan individu, yaitu dengan mengadakan latihan dan kunjungan dengan cara penyuluh mengadakan kunjungan secara langsung kepada sasaran penyuluhan (petani). Metode ini dilakukan kepada kelompok tani yang ada di desa Karangnongko. Hal ini dirasa lebih efektif dalam menyampaikan materi karena kita dapat lebih mengenal sasaran yang akan kita beri tambahan informasi atau wawasan. Kelompok-kelompok tani ini tergabung dalam sebuah gapoktan yang biasanya datang ke tempat yang telah ditetapkan oleh para penyuluh.
Metode demonstrasi juga bagus untuk dilakukan karena memang sistem yang diterapkan dalam penyuluhan pertanian ini seperti yang biasanya dilakukan oleh kelompok tani ini adalah sistem latihan dan kunjungan. Demonstrasi biasanya dilakukan jika materi memang bersifat teknis. Dalam penyuluhan pertanian juga harus memberikan rangsangan kepada para petani agar lebih bersemangat dalam mengikuti penyuluhan pertanian dengan memberikan reward tertentu.
2. Teknik Penyuluhan
Penyuluhan yang dilakukan di Desa Karangnongko kecamatan Mojosongo kabupaten Boyolali ini, dilaksanakan dengan menggunakan teknik diskusi karena metode ini lebih memberi kesempatan pada sasaran untuk menyampaikan informasi baik yang berasal dari pendapatnya sendiri atau tanggapan atas informasi yang disampaikan oleh penyuluh atau oleh sasaran penyuluhan yang lainnya. Hal ini karena pelaksanaan penyuluahan yang dilakukan tidak hanya sekedar penyampaian meteri namun juga ada tanya jawab atau diskusi masalah yang ada dalam lingkungan pertanian yang ada antara penyuluh dengan petani maupun antar petani dengan petani.
Diskusi merupakan salah satu pendidikan orang dewasa yang yang paling cocok karena dengan metode ini setiap anggota yang ada dalam forum diskusi tersebut memiliki derajat yang sama sehingga mereka memiliki hak yang sama untuk menyampaikan pendapatnya. Metode diskusi sangat cocok dilaksanakan dalam penyuluhan kelompok tani ini karena antara peserta atau sasaran penyuluhan dengan penyuluh dan antar sesama sasaran penyuluhan terjadi tukar menukar informasi dan penggalian pengetahuan serta pengalaman antar peserta.
D. Perlengkapan Penyuluhan Pertanian
1. Alat Bantu Penyuluhan Pertanian
Alat bantu penyuluhan merupakan alat-alat perlengkapan penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh untuk memperlancar proses penyuluhan. Alat bantu penyuluhan digunakan untuk mempermudah proses penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh. Pada umumnya penyuluh menggunakan kurikulum agar mempermudah dalam penyampaian materi sehingga materi apa saja yang akan disampaikan telah tercantum tujuan-tujuan penyampaian materi, materi apa saja yang akan disampaikan kepada sasaran serta hal apa saja yang akan dilaksanakan dalam penyuluhan tersebut.
Pada penyuluhan yang kami laksanakan kami menggunakan kurikulum materi yang akan disampaikan dalam proses penyuluhan karena teknik yang kami gunakan adalah diskusi sehingga kami hanya membutuhkan kurikulum. Alat bantu lain yang kami gunakan adalah buku tulis, pulpen dan kursi sebagai tempat duduk.
2. Penetapan Alat Peraga Penyuluhan
Alat peraga digunakan untuk menarik perhatian dari sasaran penyuluhan, untuk memperjelas pengertian tentang segala sesuatu yangdisampaikan, membuat penyuluhan lebih efektif dan memberi kesan yang lebih mendalam. Penggunaan alat peraga tidak mempengaruhi suatu proses penyuluhan. Dalam penyuluhan yang kami laksanakan kami tidak menggunakan alat peraga karena penggunaan metode diskusi yang cukup adanya komunikasi antara penyuluh dengan sasaran maupun antar sesama sasaran penyuluhan.
Tingkat pengetahuan serta ilmu yang sasaran penyuluhan miliki juga mempengaruhi penggunaan alat peraga penyuluhan. Sasaran yang kami suluh pada umumnya para petani yang sudah memiliki pengalaman yang cukup lama sehingga dirasa tidak diperlukan alat peraga penyuluhan. Selain itu tidak semua alat peraga mampu kami sediakan misalnya saja LCD, sehingga tidak digunakan dalam praktikum kali ini.























IV. PELAKSANAAN PENYULUHAN

A. Waktu dan Tempat Penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 Mei 2011. Penyuluhan dilaksanakan di Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, tepatnya di rumah Bapak Prapto yang merupakan Ketua dari kelompok tani Ngudilaras. Penyuluhan ini dimulai pada pukul 10.00-12.00 WIB.
B. Faktor-Faktor yang Mendukung Penyuluhan
Faktor yang mendukung pelaksanaan kegiatan penyuluhan ada beberapa hal. Faktor pendukung tersebut seperti:
1. Sikap petani
Sikap petani desa Karangnongko ini terbuka dengan adanya inovasi baru. Sehingga kegiatan dapat belangsung dan materi dapat diterima oleh masyarakat dengan mudah dan cepat. Hal ini menunjukan bahwa petani didesa Karangnongko bukanlah masyarakat laggard yang menolak adanya inovasi.
2. PPL pendamping
Dalam kegiatan penyuluhan ini, pendamping cukup berperan cukup banyak. PPL pendamping membantu menterjemahkan bahasa ilmiah sehingga lebih mudah dimengerti petani.
3. Sikap pemerintah tingkat desa
Sikap pemerintah desa Karangnongko cukup membantu kegiatan penyuluhan ini. Pemerintah desa membantu dengan memberikan ijin untuk menyuluh di desanya dan menyediakan sarana yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan.
4. Waktu pelaksanaan penyuluhan
Penyuluhan kali ini dilaksanakan pada pukul 10.00-12.00 Waktu pelaksanaan ini tergolong pada pagi hari. Hal ini menambah membuat petani lebih mudah mengerti materi yang disampaikan karena pikiran petani masih segar.
5. Tersedianya Alat Bantu
Dengan alat bantu seperti leaflet, para petani dapat tertarik terhadap penyuluhan yang diberikan sehingga diharapkan petani akan mengerti.
6. Tersedianya Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana juga merupakan salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan penyuluhan, misalnya kamera digital dan konsumsi yang membuat petani tidak jenuh dalam mengikuti kegiatan penyuluhan.
C. Faktor-Faktor yang Menghambat Penyuluhan
Faktor yang menghambat dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini hanya sedikit. Faktor yang menghalangi tersebut diantaranya adalah :
1. Alat peraga penyuluhan
Pada praktikum ini tidak menggunakan alat peraga. Hal ini cukup menghalangi petani dalam mengerti materi yang disampaikan oleh penyuluh. Tidak digunakannya alat peraga karena keterbatasan tempat dan fasilitas yang ada dilokasi penyuluhan.
2. Bahasa dalam penyuluhan
Dalam kegiatan penyuluhan ini digunakan bahasa Jawa dan Indonesia. Penggunaan bahasa ini agak mengganggu pemahaman petani karena petani di desa tersebut pada umumnya berbahasa Jawa dan kurang mengerti bahasa Indonesia. Serta dalam pengunaan kata-kata ilmiah yang asing membuat petani tidak terlalu mengerti materi penyuluhan.





V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di desa Karangnongko, kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali dapat disimpulkan bahwa:
1. Di desa Karangnongko terdapat Kelompok tani Karangnongko IV di Desa Karangnongko, kecamatan Mojosongo, kabupaten Boyolali adalah salah satu dari 7 kelompok tani yang ada yaitu karya tani, Ngudi Mulyo, Tani Mulyo, dan Karangnongko IV yang perlu dibina agar lebih aktif dari pada saat ini. Adapun kelompok tani beranggotakan 45 kepala keluarga (KK) dari 52 KK di wilayah kelompok tani Sumber Rejeki.
2. Kelompok tani di desa ini terstruktur
3. Masalah utama yang dihadapi petani di desa Karangnongko adalah serangan hama Anthrax.
4. Petani di desa Karangnongko bukanlah masyarakat laggard yang menolak adanya inovasi baru.
5. Metode penyuluhan yang digunakan pada kegiatan penyuluhan di kelompok tani ini adalah metode pendekatan kelompok
6. Teknik penyuluhan yang digunakan pada kegiatan penyuluhan dikelompok tani ini adalah teknik diskusi
7. Pada kegiatan penyuluhan ini tidak menggunakan alat peraga apapun
8. Pada kegiatan penyuluhan kali ini menggunakan alat bantu kurikulum, buku tulis, pulpen dan pamflet.
9. Faktor yang mendukung kegiatan penyuluhan adalah sikap petani dan sikap pemerintah.
10. Faktor yang menghambat kegiatan penyuluhan adalah alat bantu, alat peraga penyuluhan, dan bahasa dalam penyuluhan


B. Saran
Dari kegiatan penyuluhan kali ini terdapat beberapa kekurangan yang membuat petani kurang berkembang. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan:
1. Meningkatkan frekuensi dan kualitas penyuluhan seperti dengan kegiatan pemberian teori dan praktek setidaknya 1 minggu sekali sehingga petani lebih banyak mendapat pelajaran.
2. Menambah PPL dalam desa tersebut supaya kegiatan penyuluhan lebih sering dilakukan.
3. Mengadakan hubungan kerja dengan suatu instansi pertanian seperti pabrik pupuk atau penyalur produk pertanian sehingga petani dapat melengkapi sarana dan prasarananya.
















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Penyuluhan Efektif. www.scribe.com. diakses tanggal 10 Mei 2010.
Anonym. 2011. Cabai. www.wikipedia.org. Diakses pada hari senin tanggal 13 Juni 2011.
Departemen Pertanian Indonesia. 2008. Strategi, Metode dan Teknik Penyuluhan. http://pfi3pdata.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 3 Juni 2010.
Dira. 2011. Cara Budidaya Cabai. http://budidayanews.blogspot.com. Diakses pada hari senin tanggal 13 Juni 2011.
Kartasapoetra, A. G. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Kartasapoetra, A.G. 2000. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Mardikanto, T. 1987. “Penyempurnaan dan Pemantapan Sistem Kerja Latihan dan Kunjungan”. Makalah disajikan dalam Lokakarya Sistem LAKU Departemen Pertanian, di Tambun, tanggal 15-17 Juli 1985.
Mardikanto, T. 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. Pusat Pemberdayaan dan Analisis Sosial Untuk Pengembangan Masyarakat. Sukoharjo
Murti, Dewi. 1993. Penyuluhan sebagai Elemen Sosial. Pelita Hidup. Jakarta
Rohman, Moch Khayatul. 2008. Alat Peraga dalam Dunia Pertanian. http:// rohman.tripod.com. Diakses pada tanggal 3 Juni 2010
Rohman, Moch. Khayatul. 2008. Penyuluhan dan Sistem Penyuluhan. UNY Press. Yogyakarta.
Saragih, B. 1990. Arahan Diskusi Draft Pedoman Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian di Bogor, November 2002.
Sumardi. 2005. Menata Sistem Penyuluhan Pertanian Menujun Pertanian Modern. Bogor . Institute Pertanian Bogor.
Trubus. April 2011. Cara Jitu Cabai Bebas Virus. Majalah Trubus. Jakarta.
Warsito. 2001. Pengantar Ilmu Penyuluhan Pedesaan. Universitas Jendral Soedirman Press. Purbalingga.
Warsono. 1997. Sistem Penyuluhan Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wijianto. 2005. Metode Dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Wijianto, A. 2008. Pemilihan Metode dan Teknik Penyuluhan. http:// masarip.blogs.friendster.com. Diakses pada tanggal 3 Juni 2010.
Warisno dan Dahana, Kres. 2010. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. Kompas Gramedia. Jakarta.
Wira. 2011. Keuntungan Dari Budidaya Cabai. http://kamissore.blogspot.com. Diakses pada hari senin tanggal 13 Juni 2011.


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar