PENDAHULUAN
Gulma merupakan salah satu kendala utama usahatani
di lahan pasang surut. Gulma, yang merupakan pesaing tanaman dalam pemanfaatan
unsur hara, air, dan ruang, ditaksir ada sekitar 120 jenis. Sebagian gulma juga
menjadi tempat hidup dan tempat bernaung hama dan penyakit tanaman, serta
menyumbat saluran air. Jenis gulma yang ditemukan di lahan pasang surut sangat
dipengaruhi oleh tipe luapan. Pada lahan yang terus menerus tergenang, gulma
yang paling banyak dijumpai adalah gulma air (eceng, semanggi, jajagoan,
jujuluk), sedangkan pada lahan yang tidak tergenang, sebagian besar adalah
gulma darat (alang-alang, gerintingan, babadotan, dll.). Pada lahan yang
tergenang saat pasang besar saja, ditemukan baik gulma air maupun gulma darat.
Secara umum, gulma dikelompokkan berdasarkan tipe daunnya, yakni (i) golongan
berdaun pita, (ii) golongan teki, dan (iii) golongan berdaun lebar.
ISI
TEKNIK
PENGENDALIAN
Teknik pengendalian gulma di lahan pasang surut
dapat di lakukan dengan berbagai
cara,
antara lain:
1.
kultur teknis
2.
cara mekanis
3.
cara hayati
4.
penggunaan racun rumput (herbisida)
5.
pengendalian gulma secara terpadu
1.
Kultur teknis
a.
Penggenangan
Air yang berlimpah di
lahan pasang surut bermanfaat untuk menekan pertumbuhan gulma. Penggenangan
lahan setinggi 5-10 cm, selama 1-2 minggu, mampu menghambat berkecambahnya
biji-biji gulma dan membunuh gulma yang sudah tumbuh.
Caranya:
- Sawah digenangi sesaat
setelah panen hingga menjelang pengolahan tanah (1-2 minggu).
- Masukkan air pasang
ke dalam petakan sawah, satu hari setelah tanam padi kemudian ditutup dan
dipertahankan genangan air setinggi 5-10 cm selama 1-2 minggu.
b.
Tanam varietas padi yang bentuk pertumbuhannya serak
Tanaman padi yang
pertumbuhannya serak mempunyai daya naungan yang lebih lebar/luas dapat lebih
cepat menutupi dan menaungi gulma sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat.
Varietas padi yang pertumbuhannya serak antara lain: Cisanggarung, Kapuas,
IR64.
c.
Memperbanyak jumlah tanaman
Salah satu cara untuk
mengurangi kesempatan tumbuh bagi gulma adalah dengan memperbanyak jumlah
tanaman, sehingga sebagian besar tanah ternaungi. Pada jarak tanam yang
optimum, pertumbuhan gulma terhambat, tetapi produksi tetap tinggi. Tanamlah
padi dengan jarak tanam: 22,5 cm x 22,5 cm atau 25 cm x 25 cm.
d.
Tanam gilir dan pola tanam tumpangsari
Areal pasang surut yang
tidak pernah tergenang dan hanya tergenang bila pasang besar saja, dapat dilakukan
tanam gilir dan tumpangsari.
Tanam gilir
- Menanam palawija
setelah padi sawah. Dengan cara ini telah memotong siklus gulma basah karena
hanya gulma-gulma darat yang bisa bertahan hidup pada pertanaman palawija.
Pola tanam 2
atau 3 kali setahun
- Dengan pola tanam 2
atau tiga kali setahun (padi - padi; padi- padipalawija) kesempatan pertumbuhan
gulma terbatas, sehingga gulma tidak bisa berkembang dan jumlahnya berkurang.
Tumpangsari
- Kacang yang ditanam
bersamaan dengan jagung akan menutupi tanah di antara jagung, sehingga cahaya
matahari sedikit sekali mengenai permukaan tanah. Dengan demikian pertumbuhan
gulma terhambat.
2.
Cara Mekanis
a. Penebasan
-
Penebasan dapat mengurangi persaingan gulma dengan tanaman, namun bersifat
sementara dan akan tumbuh kembali, karena penebasan juga merangsang pertumbuhan
gulma.
-
Penebasan gulma dengan parang/arit umumnya dilakukan pada waktu penyiapan
lahan, biasanya 1-2 minggu sebelum tanam padi. Hasil penebasan sebaiknya
dihamparkan kembali sebagai mulsa untuk menghambat pertumbuhan gulma baru.
b.
Pembakaran
Membakar gulma
merupakan upaya yang paling mudah, murah, dan cepat, tetapi mengandung risiko
yang sangat besar. Pembakaran di lahan terbuka sulit dikontrol dan
dikendalikan, sehingga dapat meluas dan menyebar ke mana-mana. Pembakaran lahan
gambut bisa berakibat fatal karena tanah gambutnya ikut terbakar habis,
termasuk jasad hidup di dalamnya seperti cacing tanah, jamur, dan lain-lain.
Untuk mengurangi risiko tersebut, terutama di lahan gambut, gulma ditebas
terlebih dahulu kemudian dikumpulkan pada suatu tempat yang
sudahdiisolasi/tempat tertentu lalu dibakar.
c.
Pengolahan tanah
Salah satu tujuan dari
pengolahan tanah adalah mengendalikan gulma. Pengolahan tanah dapat dikerjakan
dengan menggunakan cangkul, bajak sapi atau traktor. Gulma akan mati karena
terpotong-potong, terinjak dan tertimbun pada waktu membalikkan tanah. Semakin
baik pengolahan tanahnya akan semakin efektif membasmi gulma. Cara ini sangat
efektif, akan tetapi memerlukan banyak tenaga, biaya, dan waktu.
d.
Penyiangan secara manual
Penyiangan manual
menggunakan tangan atau alat penyiang lainnya juga sangat efektif untuk
mengendalikan gulma, walaupun memerlukan tenaga, biaya, dan waktu yang banyak. Penyiangan
secara manual pada padi sawah biasanya dilakukan dua kali yaitu pada umur 21
dan 42 hari setelah tanam (HST). Sedangkan pada padi gogo bisa mencapai 3 - 4
kali, yaitu pada umur 15, 30, 45, dan 60 hari setelah tanam.
3.
Cara hayati
-
Pengendalian gulma secara hayati menggunakan mikroorganisme (baik serangga
ataupun cendawan), dan ikan Koan yang masih dalam tahap penelitian.
4.
Penggunaan herbisida
Penggunaan
herbisida ataupun zat kimia lain untuk membasmi gulma di lahan
pasang
surut harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana dengan memenuhi
6
(enam) tepat, yaitu:
-
Tepat mutu
-
Tepat waktu
-
Tepat sasaran
-
Tepat takaran.
-
Tepat konsentrasi
-
Tepat cara aplikasinya
Selain
itu, harus pula mempertimbangkan efisiensi, efektivitas, dan aman bagi
lingkungan.
Untuk itu, herbisida dapat dikelompokkan berdasarkan: cara
kerjanya
(kontak atau sistemik), selektivitasnya (selektif atau tidak selektif), dan
waktu
aplikasinya (pra-tumbuh atau pasca-tumbuh)
a.
Cara kerja herbisida
Cara
kerja herbisida di kelompokkan menjadi dua yaitu: herbisida kontak dan
sistemik.
Herbisida
kontak.
-
Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan
saja,
terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis.
-
Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah
disemprot
gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga
bermanfaat
jika waktu penanaman harus segera dilakukan.
Kelemahannya,
gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2
minggu
kemudian. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.
Herbisida
Sistemik.
Cara
kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan
mematikan
jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke
perakarannya.
Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas yang ada
dalam
tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Contoh
herbisida
sistemik adalah glifosat, sulfosat.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu:
-
Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif
-
Cuaca cerah waktu menyemprot.
-
Tidak menyemprot menjelang hujan.
-
Keringkan areal yang akan disemprot.
-
Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.
-
Boleh dicampur dengan herbisida 2,4D amina atau dengan herbisida
Metsulfuron.
Selektivitas
Herbisida
Herbisida
ada yang selektif dan tidak selektif.
Herbisida
selektif hanya membasmi gulma dan tidak mempengaruhi
pertumbuhan
tanaman.
Contoh
: - Herbisida propanil, membasmi gulma golongan berdaun pita.
-
Herbisida 2,41D amina membasmi gulma berdaun lebar dan teki.
Herbisida
Tidak Selektif, herbisida ini dapat membasmi gulma sekaligus
tanamannya.
Contoh
: - Herbisida glifosat, membasmi semua gulma dan tanaman yang
mengandung
butir hijau daun.
Selektif
tidaknya suatu herbisida tergantung juga takaran yang digunakan.
Semakin
tinggi takaran yang digunakan, akan semakin berkurang
selektivitasnya.
Waktu
Aplikasi
Waktu
aplikasi herbisida harus disesuaikan dengan tujuan dan sasarannya.
Herbisida
untuk penyiapan lahan (pra-tanam), dan herbisida untuk pemeliharaan
(pra-tumbuh
dan pasca-tumbuh) berbeda penggunaannya.
Pra-tanam
adalah herbisida di semprotkan kepada gulma yang sedang tumbuh
sebagai
penyiapan lahan sebelum tanam.
-
Jenis herbisida yang digunakan biasanya herbisida tidak selektif,
-
Aplikasi herbisida dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam padi, contoh
herbisida
pra-tanam adalah glifosat dan paraquat, dengan takaran sesuai
anjuran.
Menggunakan
herbisida glifosat untuk penyiangan lahan, arealnya harus
dikeringkan
terlebih dahulu dan sampai dengan 5-7 hari setelah aplikasi.
Dalam
suatu petakan lahan dapat dilakukan aplikasi oleh beberapa tenaga kerja,
misalnya
4-6 orang sekaligus agar penyemprotan dapat berlangsung rapih dan
efektif.
Jika menggunakan tenaga penyemprot yang terampil dan terlatih akan
mendapatkan
hasil semprotan yang baik dan merata dengan hanya satu kali
aplikasi.
Pra-tumbuh,
herbisida yang diaplikasikan sebelum gulma dan tanaman
berkecambah,
atau herbisida yang diaplikasikan pada gulma belum
berkecambah
tetapi tanaman sudah tumbuh.
Aplikasi
herbisida biasanya dilakukan pada 0-4 hari setelah pengolahan tanah
(sebelum
atau setelah tanam).
Contoh
: - Herbisida oxifluorfen, takaran 1,Oliter/ha di semprotkan pada padi
gogo
umur 1-3 hari setelah tanam.
-
Herbisida oxadiozon, takaran 2,0 liter/h di semprotkan pada padi
sawah
umur 1-3 hari setelah tanam pindah.
Biji
-biji gulma akan berkecambah pada umur 3-5 hari setelah pengolahan tanah.
Oleh
karena itu, aplikasi herbisida pra-tumbuh harus dilakukan sebelum 3-4 hari
setelah
pengolahan tanah.
Pasca-tumbuh,
aplikasi herbisida ini dilakukan pada gulma dan tanaman sudah
tumbuh.
-
Aplikasi herbisida pasca-tumbuh untuk penyiangan dilakukan pada 2-3
minggu
setelah tanam padi,
-
Gulma tumbuh sudah berdaun 2 - 4 helai.
-
Contoh : Herbisida 2,4-D amina, takaran 1,5 liter/ha.
-
Aplikasi herbisida pasca-tumbuh untuk penyiapan lahan dilakukan pada
2-4
minggu sebelum tanam padi. Herbisida yang dipakai adalah herbisida
tidak
selektif, sebagai Contoh adalah herbisida glifosat takaran 4-6
liter/ha.
Herbisida
pasca-tumbuh yang tidak selektif seperti glifosat bisa juga digunakan
untuk
pemeliharaan atau penyiangan, asalkan dalam penyemprotannya tidak
boleh
mengenai tanaman padi (harus menggunakan corong), karena bila terkena
akan
menimbulkan keracunan dan bahkan tanaman padinya bisa mati.
Keuntungan
penggunaan herbisida
Menghemat
waktu, tenaga kerja, dan biaya Pengendalian gulma dapat dipilih
saatnya
yang disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Areal pertanaman dapat
diperluas.
Herbisida mengurangi gangguan terhadap struktur tanah, bahkan
gulma
yang mati berfungsi sebagai mulsa yang bermanfaat mempertahankan
kelembaban
tanah, mengurangi erosi, menekan pertumbuhan gulma baru, dan
berfungsi
sebagai sumber bahan organik dan hara.
Akibat
sampingan penggunaan herbisida
-
Gangguan kesehatan bagi penyemprot
-
Keracunan karena residu yang termakan
-
Keracunan pada tanaman dan hewan peliharaan
-
Pencemaran terhadap lingkungan.
5.
Pengendalian Gulma Secara Terpadu
Alternatif
lain yang dapat ditempuh dalam upaya pengendalian gulma di lahan
pasang
surut dapat dilakukan secara terpadu, yaitu dengan mengkombinasikan
berbagai
cara pengendalian gulma.
Hal
ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Gulma ditebas dengan parang kemudian dihamparkan di lahan sebagai
mulsa.
Sekitar 2-3 minggu gulma yang sedang tumbuh aktif disemprot
dengan
herbisida sistemik, seperti glifosat dengan takaran 4-6 liter per
hektar.
Setelah 2-4 minggu kemudian, lahan ditanami padi dalam barisan.
Upaya
penyiangan dilakukan dengan menggunakan herbisida
pasca-tumbuh,
seperti 2,4-D amina dengan takaran 1,5 liter per hektar
yang
diaplikasikan pada umur 2-3 minggu setelah tanam padi.
b.
Gulma ditebas dengan parang kemudian dilakukan pengolahan tanah.
Selanjutnya
dilakukan penanaman padi dan penyiangan menggunakan
herbisida
pra-tumbuh, seperti Oxadiazon dengan takaran 2 liter per
hektar.
Penyiangan dilakukan secara manual satu kali pada umur 35 hari
setelah
tanam padi.
Penyemprot
Punggung
Alat
penyemprot herbisida yang paling banyak digunakan adalah alat
penyemprot
punggung. Alat ini terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing
mempunyai
fungsi tertentu.
Nosel
Nosel
yang tepat untuk aplikasi herbisida adalah nosel polijet yang memenuhi
pola
semprot berbentuk kipas. Nosel tersebut di bagi atas 4 macam warna, yaitu
merah,
biru, hijau, dan kuning yang masing-masing menghasilkan lebar semprot
optimum
yang berbeda, sehingga pemakaiannya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
Jangan
menggunakan nosel kembang dan nosel kerucut karena tidak
memberikan
hasil semprotan yang baik.
Warna
Lebar Kesesuaian penggunaan dalam
nosel
semprotan penyemprotan
(m)
Merah
2,0 Seluruh areal (total)
Biru
1,5 Pada barisan tanaman
Hijau
1,0 Pada barisan tanaman
Kuning
0,5 Pada barisan tanaman dan setempat
Kalibrasi
alat semprot (sprayer)
Kalibrasi
adalah menghitung/mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk
luasan
areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan
penyemprotan
yang gunanya adalah
-
Menghindari pemborosan herbisida
-
Memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan
herbisida
-
Memperkecil pencemaran lingkungan.
Berikut
adalah langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan
kalibrasi:
-
Siapkan alat semprot yang baik dengan jenis nosel yang sesuai dengan
kebutuhan,
misalnya nosel polijet warna biru lebar semprotnya 1,5 m
-
Isi tangki alat semprot dengan air bersih sebanyak 2,5 liter
-
Pompa tangki sebanyak 10-12 kali hingga tekanan udara di dalam tangki
cukup
penuh
-
Lakukan penyemprotan pada areal yang akan disemprot dengan
kecepatan
dan tekanan yang sama sampai air 2,5 liter tersebut habis.
-
Ukur panjang areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter air tersebut.
-
Lakukan penyemprotan sebanyak 3 kali dan hitung panjang serta luas
areal
yang dapat disernprot seperti contoh berikut.
Panjang
dan luasan areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter
menggunakan
nosel polijet warna biru.
Ulangan
Panjang (m) Luas (m2)
I
33 49,5
II
33 49,5
III
34 51
Rata
- rata 33,3 50
Bila
luas areal yang akan disemprot adalah 1 hektar (10.000 m2 ), maka
banyaknya
air yang dibutuhkan adalah:
Volume
air =
10.000 m2 x 2,5 liter air
1,5
mx33,3m
=
10.000 m2 x 2 5 liter air
50
M2
=
500 liter/ha.
Apabila
takaran herbisida yang akan digunakan adalah 3 liter (3000 ml) per
hektar
maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air pencampur adalah:
Volume
herbisida = 15 liter x 3000 ml
500
liter
=
90 ml herbisida /15 liter air
Cara
penggunaan herbisida
Herbisida
akan berhasil dan efektif apabila digunakan dengan benar sesuai
petunjuk,
yaitu:
-
Merata ke seluruh areal sasaran
-
Takaran sesuai dengan kebutuhan per satuan luas
Penggunaan
herbisida dengan memakai bahan pelarut air
Penyemprotan
-
Campurkan herbisida dan air dengan Takaran yang benar
-
Aduk hingga tercampur rata
-
Semprotkan secara menyeluruh ke seluruh areal pertanaman
Khusus
untuk herbisida pra-tumbuh atau pasca tumbuh pada padi sawah, air
harus
dalam keadaan macak-macak yang dipertahankan selama 4 hari setelah
penyemprotan.
Pengusapan
Pada
gulma yang tumbuh jarang tapi berbahaya, cukup dengan mencelupkan
sepotong
kain pada larutan herbisida lalu dieluskan sampai membasahi gulma
tersebut.
Penggunaan
herbisida tanpa bahan pelarut
Bentuk
cair yang siap untuk digunakan:
-
Tidak memerlukan alat semprot
-
Petakan sawah harus dalam keadaan tergenang 2-5 cm
-
Percikkan herbisida ke kiri dan ke kanan
-
Percikan herbisida yang jatuh ke air akan cepat menyebar membentuk
lapisan
tipis di dasar air
-
Pertahankan genangan air selama 4 hari.
Bentuk
butiran
-
Dapat digunakan pada padi sawah
-
Sawah harus dalam keadaan tergenang setinggi 2-5 cm selama 4 hari
-
Cara penggunaannya ditebar merata ke seluruh petakan sawah
-
Dapat membunuh biji gulma akan tumbuh/ berkecambah
Catatan:_______________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar