PAPER SISTEM
PERTANIAN TERPADU
TERNAK LELE
DAN BURUNG PUYUH SECARA BERKELANJUTAN
DISUSUN OLEH :
Nama :
AWANDA ISNAN PRADITYA
NIM :H
0710017
Kelas : Agroteknologi C
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
I. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Ternak merupakan salah satu
cabang dalam bidang pertanian. Biasanya peternakan di gunakan sebagai usaha
kecil-kecilan di kalangan masyarakat Indonesia khususnya di lingkungan
pedesaan. Akan tetapi ada juga yang memanfaatkan ternak sebagai wirausaha. Salah
satunya ialah ternak puyuh. Burung puyuh adalah burung yang bertubuh kecil,berkaki
pendek, tidak dapat di adu, bahkan tidak dapat terbang. Namun di balik semua
itu burung puyuh bisa membuka
peluang usaha yang sangat menjanjikan. Dalam bhs jawa burung puyuh biasa
di sebut dengan burung gemak atau gemek. Burung puyuh awalnya berasal dari
daratan amerika serikat. Di Indonesia burung puyuh mulai di kembangkan sekitar
tahun 1979. Sekarang banyak sekali kandang-kandang baru untuk ternak burung
puyuh bermunculan dimana-mana. Peluang usaha ternak puyuh sangat terbuka, sebab banyak sekali
manfaat yang dapat di ambil dari burung puyuh diantaranya adalah Telur dan
dagingnya. Disamping mempunyai gizi yang sangat bagus telur dan daging burung
puyuh rasanya juga lezat sekali sehingga banyak yang menyukainya.
2.
Rumusan Masalah
a)
Bagaimana
prospek ternak puyuh?
b)
Bagaimana
teknis budidaya puyuh?
c)
Mengapa
ternak lele?
d)
Bagaimana
teknis budidaya lele?
e)
Mengapa
ternak lele dan puyuh di pilih sebagai peternakan yang berkelanjutan?
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Puyuh
merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil,
berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs.
Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung
(liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870, dan terus
dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan
diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang
ternak yang ada di Indonesia. Puyuh merupakan hewan yang diklasifikasikan pada :
kelas
: Aves (Bangsa Burung)
Ordo
: Galiformes
Sub
Ordo : Phasianoidae
Famili
: Phasianidae
Sub
Famili: Phasianinae
Genus
: Coturnix
Species
: Coturnix-coturnix Japonica
Adapun yang dapat dimanfaatkan dari puyuh ini adalah telur
dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat, bulunya sebagai bahan
aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya, kotorannya sebagai pupuk
kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman (Rasyaf,
1985).
Dalam kegiatan pembesaran, tujuan
utamnya ialah menghasilkan ikan dalam ukuran konsumsi. Dalam kegiatan
pembesaran ini ikan didorong untuk tumbuh secara maksimal dengan bantuan pakan
yang tepat waktu, tepat guna, dan tepat jumlah. Ketersediaan pakan dan oksigen
sangat penting bagi ikan untuk keberlangsungan pertumbuhannya. Pada kondisi
kepadatan ikan yang tinggi, ketersediaan pakan dan oksigen bagi ikan akan
berkurang, sedangkan bahan buangan metabolik ikan tinggi. Jika faktor-faktor
tersebut dapat dikendalikan maka peningkatan kepadatan akan mungkin dilakukan
tanpa menurunkan laju pertumbuhan ikan (Hepher 1978).
Umumnya ikan lele dapat tumbuh dengan
baik dan sempurna pada daerah tropis, untuk di daerah tinggi bisa hidup, namun
proses pertumbuhan lebih lambat, karena mempunyai suhu dan kedinginan di luar persyaratan.
Hubungan laju pertumbuhan dengan ukuran yang dapat dicapai pada suatu kegiatan
akuakultur adalah sebanding dengan ukuran maksimum potensial yang akan
diperoleh. Pertumbuhan sangat penting dalam produksi akuakultur karena jika
ikan tidak tumbuh sesuai yang kita inginkan maka kita akan mengalami kerugian
(Effendi 2004).
Terdapat 3 sistem pembenihan yang
dikenal, yaitu :
1. Sistem Massal.
Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan
perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari
pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat
tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.
2. Sistem Pasangan.
Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus.
Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara
kedua induk.
3. Pembenihan Sistem Suntik
(Hyphofisasi). Dilakukan dengan merangsang lele
untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise,
yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan
sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele (Masyudin,
2008 ).
Selain manfaat dari hasil produksi
budidaya puyuh, ternyata usaha beternak unggas coturnix ini mempunyai kelebihan
juga, sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan usaha
samapingan dengan keuntungan cukup baik. sosoknya kecil, sehingga bisa diusahakan
di lahan sempit. Misal di ruangan seluas 5×3 m dapat dipelihara 1.000 ekor
puyuh.
2. Sebagai sumber gizi yg
sangat baik dan bercitarasa lezat karena kandungan proteinnya setara ikan laut.
3. Limbah kotorannya kaya
protein, dapat dimanfaatkan sebagai pakan lele atau pupuk tanaman.
4. Unsur kalsium membantu
penggumpalan darah dan pembentukan tulang.
5. Baik dikonsumsi ibu
hamil yang mengalami gejala anemia. kandungan zat besinya cukup untuk
menghindari kurang darah.
6. Kandungan tembaga dan
vitamin berguna untuk pembentukan tulang.
7. Mengkonsumsi telur puyuh
secara rutin dipercaya membantu pertumbuhan anak, menguatkan tulang, membantu
proses berjalan pada usia balita dan menghaluskan kulit.
8. Sebagai bahan alternatif
untuk mengatasi berbagai penyakit, diantaranya:
- meningkatkan fungsi hati.
- meningkatkan fungsi hati.
-
berpengaruh baik pda
pengobatan penyakit ginjal dan hati,
-
membantu pencernaan dan
mengontrol cairan lambung.
-
meningkatkan daya
ingat.
-
mempercepat pertumbuhan
anak-anak
-
memperbaiki sistem
saraf sehingga dapat mendorong potensi seksual.
-
membantu mempercepat penyembuhan
penyakit jantung dan
pulmonal.
(Suprijatna dan Ruhyat, 2005).
Pertama pembuatan tempat Pengopenan pada
saat burung puyuh masih berusia 0 hari.Di sini kami menggunakan kapasitas
burung puyuh 500 ekor yaitu dengan ukuran lebar 1 meter dan panjang 2 meter
tinggi 0,5 meter,alasnya menggunakan kawat Ram-raman di atasnya di beri 5
lembar koran agar udara tdak bisa keluar dan di ambil 1 minggu sekali agar tidak
terjadi penumpukan kotoran. Di dalam
Tempat open di beri penerangan lampu neon dan tidak boleh mati sampai 1
minggu,Untuk suhu udara di dalam tempat open 30'- 40'.Pemberian minum
dibersihkan setiap hari dan unuk pemberian makan tidak boleh sampai telat artinya
di dalam tempat open tersebut tidak boleh sampai tidak da makanan.Biarkan bibit
puyuh di dalam pengopenan sampai usia 30 hari. Kemudian pindahkan ke tempat
kandang petelur,ganti makanannya dengan puyuh petelur atau kosentrat .Pemberian
makanan sehari 2 kali pagi dan sore untuk pagi 5 kg dan sore 5 kg.Pemberian
minum 5 liter air diberi vitamin 3 sendok kecil ukuran maksimalnya.Di
perkirakan usia telur awal 45 hari sudah mulai bertelur dan batas afkhir atau
sudah tidak berproduksi telur tidak terbatas sampai kalkulasi harga telur
antara keuntungan dan kerugian.( Kaharuddin, 2007 )
III.
PEMBAHASAN
Hal apa sajakah
yang mendasari masyarakat memilih beternak puyuh? Berikut ialah beberapa uraian
mengenai pertimbangan-pertimbangan masyarakat mengapa memilih beternak puyuh :
a. Puyuh, penghasil telur dan daging
Puyuh sangat potensial dikembangkan
untuk diambil telur atau dagingnya. Diantara semua jenis unggas petelur,
ternyata puyuh termasuk unggas penghasil telur terbesar kedua setelah ayam ras
petelur. Hal ini dapat dilihat dari tabel perbandingan jumlah telur yang
dihasilkan dibandingkan dengan unggas lainnya. Selain itu, puyuh sudah mulai
bertelur pada usia 45 hari dan akan terus bertelur selama sekitar 18 bulan.
Jenis Unggas
|
Produksi Telur
(butir/tahun)
|
Ayam Petelur
|
300-360
|
Puyuh
|
250-300
|
Itik
|
200-270
|
Ayam Broiler
|
190-200
|
Kalkun
|
220
|
Angsa
|
100
|
Merpati
|
50
|
Selain telur, daging puyuh juga memiliki
rasa yang lezat, gurih, dan bertekstur lembut. Dagingnya memiliki kandungan zat
gizi yang cukup tinggi, sehingga bisa dijadikan sumber bahan makanan
alternatif. Karena itu, hampir semua orang menyukai daging puyuh. Daging puyuh
dapat ditemui di warung pecel lele, warung lesehan, angkringan, bahkan di restoran
chinese food-pun juga ada. Selain
daging dan telunya, kotoran puyuh juga dapat dimanfaatkan pada usaha pertanian
lainnya. Kotorannya masih memiliki kadar protein atau nitrogen cukup tinggi.
Karena itu, kotorannya sering digunakan sebagai pupuk organik pada tanaman
serta sebagai pakan lele, nila, patin dan bawal.
b.
Permintaan Bibit dan Telur Puyuh Terus Meningkat
Usaha beternak puyuh sangat prospektif.
Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan pasar yang selalu meningkat, sedangkan
jumlah produksi telur puyuh masih jauh di bawah kebutuhan pasar. Permintaan
telur puyuh untuk wilayah Jabodetabek mencapai 8 juta butir per minggu. Dari
jumlah tersebut baru bisa dipenuhi sebanyak 2,1 juta butir per minggu. Jadi,
masih terjadi kekurangan pasokan telur puyuh sebanyak 5,9 juta butir per
minggu. Kebutuhan telur puyuh di daerah masih sangat besar. Hal ini dapat
dilihat dari kebutuhan telur puyuh untuk pasar tradisional di daerah Bogor
mencapai 480 ribu butir per minggu. Kebutuhan di daerah sekitar pantura jauh
lebih tinggi lagi, yaitu mencapai 600 ribu butir per minggu. Stok telur puyuh
untuk wilayah di luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masih
kekurangan serta masih mengharapkan suplai dari peternak di Jawa. Saat ini,
peternak di Jawa Barat baru bisa memasok sekitar 20% permintaan telur puyuh yang
ada di wilayah Jabodetabek.
Selebihnya, pasokan telur puyuh masih mengharapkan dari peternak di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan jawa Timur. Sementara itu, baru 50% permintaan telur puyuh dari Luar Jawa yang dapat dipenuhi oleh peternak di daerah Jawa.
Selebihnya, pasokan telur puyuh masih mengharapkan dari peternak di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan jawa Timur. Sementara itu, baru 50% permintaan telur puyuh dari Luar Jawa yang dapat dipenuhi oleh peternak di daerah Jawa.
Provinsi
|
Populasi (ekor)
|
Produksi (butir)
|
Jawa Barat
|
2.000.000
|
1.500.000
|
Jawa Tengah
|
25.000.000
|
18.750.000
|
DI Yogyakarta
|
2.000.000
|
1.5000.000
|
Jawa Timur
|
200.000.000
|
150.000.000
|
Sumatera
|
2.300.000
|
1.725.000
|
kalimantan
|
17.340
|
13.005
|
Sulawesi
|
25.000
|
18.750
|
NTB & NTT
|
115.000
|
86.250
|
Bali
|
50.000
|
37.500
|
Jumlah
|
231.507.340
|
173.6320.505
|
Selain telur, permintaan daging puyuh
apkir juga masih belum bisa dipenuhi. Permintaan yang berasal dari satu orang
pelanggan di wilayah Jakarta saja mencapai 4.000 ekor per hari. Sementara itu,
pasokan yang baru bisa dipenuhi hanya sebanyak 1.500 ekor per minggu. Peternak
tidak pernah khawatir telur puyuhnya tidak laku, karena pedagang pengumpul
selalu membeli telur langsung di lokasi peternakan. Peternal puyuh selalu
memiliki posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan pembeli. Itu sebabnya. telur
puyuh belum pernah dijual di bawah harga produksi, sehingga peternak akan
selalu memperoleh untung. Bahkan daging dan kotorannya saja sudah ada yang
memesan setiap bulannya.
c. Tidak
memerlukan Lahan yang Luas untuk Perkandangan
Beberapa orang menganggap bahwa
memelihara unggas seperti ayam atau itik dalam sekala komersial sangat
merepotkan karena memerlukan lahan yang luas. Namun, hal ini tidak berlaku bagi
puyuh. Sebagai contoh, beternak ayam dengan populasi sebanyak 1.000 ekor
memerlukan luas lahan sekitar 100 m'. Sementara itu, beternak puyuh sebanyak
1.000 ekor hanya memerlukan luas lahan sekitar 7,5 m'. Jadi, dengan populasi
yang sama, lahan untuk beternak puyuh hanya membutuhkan sepersepuluh dari
luasan lahan intuk beternak ayam. bahkan, populasi sebanyak 1.000 ekor hanya
dianggap sebagai usaha kecil atau sampingan. Dengan populasi sebanyak 10.000
ekor beternak puyuh hanya memerlukan luas lahan untuk 1.000 ekor ayam, yaitu
sekitar 100 m'.
d. Tidak memerlukan Keahlian Khusus
dalam Pemeliharaan
Tidak seperti ayam, puyuh relatif lebih
tahan dari serangan hama da penyakit. Seorang karyawan mampu menangani dan
merawat 6.000 ekor puyuh perharinya. Termasuk didalamnya kegiatan memberikan
pakan dan minum,
membersihkan kandang, membuang kotoran, serta membersihkan kandang
utama.
e. Kotorannya
pun menghasilkan Uang
Puyuh merupakan unggas yang menghasilkan
kotoran dalam jumlah yang cukup banyak. Bau kotoran puyuh relatif tidak
menyengat dibandingkan dengan kotoran unggas lainnya. Sebagai salah satu upaya
untuk menggalakkan pertanian terpadu, maka pemanfaatan kotoran puyuh harus
dilakukan. Kotaran puyuh masih memiliki kandungan protein yang cukup tinggi.
Mengingat kandungan protein atau nitrogennya masih cukup tinggi, kotoran puyuh
dapat digunakan sebagai pupuk organik pada tanaman dan pakan ikan. Namu,
sebelum diberikan sebagai pupuk, kotoran puyuh sebaiknya diolah atau
difermentasi terlebih dahulu. Sebelum digunakan, kotoran puyuh dikumpulkan dan
dibiarkan dalam kondisi tertutup selama sekitar 12 hari agar terjadi proses
anaerob. Kotoran yang sudah matang tidak akan berbau, tidak panas, dan bertekstur
remah. Sementara itu, sebagai pakan ikan, kotoran puyuh diberikan langsung
dalam keadaan segar ke dasar kolam. Kotoran puyuh ini berfungsi merangsang
tumbuhnya plankton-plankton di dalam kolam. jadi, kotoran bukan langsun dimakan
ikan.
f. Sumber Pendapatan
Tambahan bagi Keluarga
Kabar yang sangat baik adalah beternak
puyuh bisa dijadikan usaha sambilan keluarga. Selain memberikan bahan makan
bergizi, juga memberikan penghasilan tambahn bagi ibu-ibu rumah tangga. Namun,
bukan berarti beternak puyuh tidak dapat dijadikan sumber penghasilan utama.
Karena, banyak peternak yang sudah dapat menggantungkan hidupnya dari beternak
puyuh. Bahkan memperoleh kesejahteraan dari beternak puyuh.
Dalam beternak pastinya ada
beberapa hal yang di lakukan mulai dari
penyiapan kandang sampai perlakuan pasca panen. Serangkaian kegiatan tersebut
lebih di kenal sebagai “Pedoman Teknis Budidaya”. Pedoman Teknis Budidaya puyuh meliputi :
1. Penyiapan
Sarana dan Peralatan
a.
Perkandangan
Dalam sistem perkandangan yang perlu
diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25
derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang
hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk
cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar
matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. Model kandang puyuh ada 2 (dua)
macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem
sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m 2 dapat diisi 90-100 ekor anak
puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa
anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m 2 sampai masa bertelur.
Adapun kandang yang biasa digunakan
dalam budidaya burung puyuh adalah:
1. Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap
produktifitas dan kemampuan menghasilkan
telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus
sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh
dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.
2. Kandang untuk induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk
induk pembibit. Kandang ini
mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih
besar tetapi bisa juga sama.
3. Kandang untuk anak puyuh/umur
stater(kandang indukan)
Kandang ini merupakan kandang bagi anak
puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai
tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih
memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan
kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang
sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki
50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).
4. Kandang untuk puyuh umur grower (3-6
minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu )
Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama
dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.
b. Peralatan
Perlengkapan kandang berupa tempat
makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.
2. Penyiapan
Bibit
Yang perlu diperhatikan oleh peternak
sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha
perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha
peternakan. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan
pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
a. Untuk produksi telur konsumsi,
dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier
penyakit.
b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih
bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
c. Untuk pembibitan atau produksi telur
tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan
yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang
baik.
3. Pemeliharaan
a.
Sanitasi dan Tindakan Preventif
Untuk menjaga timbulnya penyakit pada
pemeliharaan puyuh kebersihan
lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.
b.
Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap
saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera
dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan
setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.
c.
Pemberian Pakan
Ransum (pakan) yang dapat diberikan
untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan
tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan
dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua)
kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum
hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak
puyuh pada bibitan terus-menerus.
d.
Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi
dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes
mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan
apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari
PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat
Anda beternak puyuh.
4.
HAMA DAN PENYAKIT
a. Radang
usus (Quail enteritis)
Penyebab: bakteri
anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul pearadangan
pada usus.
Gejala: puyuh tampak
lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam
urat.
Pengendalian:
memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang
sehat dari yang telah terinfeksi.
b.
Gejala: puyuh sulit
bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap
terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala
“tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian:
1. menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang;
1. menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang;
2.
pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang
mensucihamakan/
steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
c. Berak
putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman
Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
Pengendalian: sama
dengan pengendalian penyakit tetelo.
d. Berak
darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah
dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil
kedinginan.
Pengendalian:
1. menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering;
1. menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering;
2.
dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco
tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium,
cxaldayocox
e. Cacar
Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus,
menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
Gejala: imbulnya
keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan
farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
Pengendalian: vaksin
dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.
f. Quail
Bronchitis
Penyebab: Quail
bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
Gejala: puyuh kelihatan
lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung
kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak
terpuntir.
Pengendalian: pemberian
pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.
g. Aspergillosis
Penyebab: cendawan Aspergillus
fumigatus.
Gejala: Puyuh mengalami
gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk,
nafsu makan berkurang.
Pengendalian:
memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
h. Cacingan
Penyebab: sanitasi yang
buruk.
Gejala: puyuh tampak
kurus, lesu dan lemah.
Pengendalian: menjaga
kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya
5. PANEN
a. Hasil
Utama
Pada usaha pemeliharaan
puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang
dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.
b. Hasil
Tambahan
Sedangkan yang
merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja dan bulu
puyuh.
Ternak lele
sangat mudah dan tidak banyak membutuhkan keahlian khusus.
|
|
Dalam budidaya lele memerlukan beberapa teknis antara
lain ialah sebagai berikut :
A. Pembuatan Kolam.
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan
kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan
dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe
galian, pembenihan lele harus mempunyai : Kolam tandon. Mendapatkan masukan
air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur,
persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air
untuk kolam yang lain. Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan
bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang
sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma. Kolam
Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus
tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai
tempat hubungan induk jantan dan betina. Kolam Pendederan. Berfungsi untuk
membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan
dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang
sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran
pencernaannya.
B. Pemilihan Induk
Induk
jantan mempunyai tanda :
-
tulang kepala berbentuk pipih
-
warna lebih gelap
-
gerakannya lebih lincah
- perut ramping tidak
terlihat lebih besar daripada punggung
- alat kelaminnya
berbentuk runcing. Induk betina bertanda :
- tulang kepala
berbentuk cembung
- warna badan lebih
cerah
- gerakan lamban
- perut mengembang
lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.
C. Persiapan Lahan.
C. Persiapan Lahan.
Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi
:
- Pengeringan.
Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
- Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
- Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
- Perlakuan TON
(Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas
berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis
5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/
100m2. Penambahan pupuk
kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
- Pemasukan Air.
Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4
hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele. Pada tipe kolam berupa bak,
persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
- Pembersihan bak dari
kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.
- Penjemuran bak agar
kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera
diberi perlakuan TON dengan dosis sama
D. Pemijahan.
Pemijahan
adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur
dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna
merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang
berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam
waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.
E. Pemindahan.
Cara pemindahan :
- kurangi air di sarang
pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.
- siapkan tempat
penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang.- samakan
suhu pada kedua kolam
- pindahkan benih dari
sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.
- pindahkan benih dari
penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih
rentan terhadap tingginya suhu air.
F. Pendederan.
Adalah pembesaran
hingga berukuran siap jual, yaitu 5 - 7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm dengan harga
berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok
atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan
lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan
ke kolam pendederan ini.
G. Manajemen Pakan.
Pakan anakan lele
berupa :
- pakan alami berupa
plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi
pada umur di bawah 3 - 4 hari.
- Pakan buatan untuk
umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar
proteinnya.
- Untuk menambah
nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan
dosis 1 - 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan
pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral
penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.
H. Manajemen Air.
Ukuran kualitas air
dapat dinilai secara fisik :
- air harus bersih
- berwarna hijau cerah
-
kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm). Ukuran kualitas air secara kimia :
- bebas senyawa beracun
seperti amoniak
- mempunyai suhu
optimal (22 - 26 0C). Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang
optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur
mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan
dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan,
menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang.
Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di
siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya
setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.
I. Manajemen Kesehatan.
Pada dasarnya, anakan
lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang
tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi
lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya
berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan
lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting
dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam
kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan
lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang
sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan
jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam
dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan
juga harus sesuai.
Berikut merupakan alasan mengapa ternak lele dan
puyuh di kombinasikan sehingga
menjadi peternakan yang berkelanjutan karena
dengan pertimbangan bahwa pada ternak puyuh menghasilkan feses (kotoran)
dan feses tersebut banyak mengandung protein yang bagus bila di manfaatkan
menjadi pakan ternak lele. Sehingga konsep pertanian yang berkelanjutan dapat
di terapkan dalam ternak puyuh dan ternak lele.
Dari uraian pembahasan permasalan di atas dapat di ambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
a) Alasan
kenapa beternak puyuh karena :
1. Puyuh, penghasil telur dan
daging
2. Permintaan
Bibit dan Telur Puyuh Terus Meningkat
3. Tidak
memerlukan Lahan yang Luas untuk Perkandangan
4. Tidak
memerlukan Keahlian Khusus dalam Pemeliharaan
5. Kotorannya
pun menghasilkan Uang
6. Sumber
Pendapatan Tambahan bagi Keluarga
b) Teknis
budidaya puyuh meliputi :
1. Penyiapan sarana dan prasarana
2. Penyiapan bibit
3. Pemeliharaan
4. Hama penyakit
5. Panen
c)
Keuntungan ternak
lele meliputi mudah dalam perawatannya, sangat bermanfaat dalam usaha
sampingan, tidak memerlukan keahlian khusus.
d)
Teknis budidaya
lele meliputi :
1.
Pembuatan kolam
2.
Pemilihan induk
3.
Persiapan lahan
4.
Pemijahan
5.
Pemindahan
6.
Pendederan
7.
Manajemen pakan
8.
Manajemen air
9.
Manajemen kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Prospek Ternak Lele. http://www.sentrakukm.com/skim/WUB/Lele/prospek.php
Anonim, 2011. Ternak Lele. http://ternaklele.com/
Anonom,
2011. Teknis Budidaya Lele. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-lele.html
Effendi, Irzal. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Kaharuddin,
Desia. 2007. Performan puyuh hasil pembibitan peternakan rakyat di Kota
Bengkulu. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. (3): 396 – 400.
Mahyudin, Kholis. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Suprijatna Edjeng, Umiyati Atmomarsono, Ruhyat
Kartasudjan. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.